Kritik terhadap Puji-Pujian: Antara Hikmah dan Kesalahan dalam Menyampaikan Pesan



Dalam Islam, berbicara adalah amanah. Setiap kata yang diucapkan harus membawa manfaat, membangun semangat, dan mendekatkan hati kepada kebaikan. Namun, dalam praktiknya, puji-pujian yang seharusnya menjadi sarana mengingat Allah terkadang melenceng dari prinsip adab dan hikmah.

Sebagian orang melantunkan puji-pujian dengan niat mengingatkan, tetapi tanpa memahami bagaimana berbicara dengan benar. Mereka mengira bahwa kritik pedas dan celaan adalah bentuk nasihat, padahal yang terjadi justru sebaliknya—pesan yang seharusnya mendorong orang kepada kebaikan malah membuat hati menjauh.

Kesalahan dalam Puji-Pujian yang Berisi Celaan

Contoh nyata dari kesalahan ini adalah puji-pujian yang berbunyi :

"Muda-mudi di ini zaman, bukan sok pandai pengetahuan. Ilmu dan amal ditinggalkan, jadikan hidup bagaikan hewan."

Pertanyaan besar yang harus direnungkan adalah: siapakah yang sebenarnya sedang dibicarakan? Seseorang yang mengucapkan kata-kata seperti ini—mencela generasi muda di depan umum tanpa dasar ilmu—tidak sedang melakukan pujian dengan tepat, tetapi justru menampilkan kurangnya pemahamannya tentang adab berbicara.

Islam tidak mengajarkan dakwah dengan celaan, tetapi dengan hikmah. Firman Allah SWT:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik..." (QS. An-Nahl: 125)

Tidak ada kemuliaan dalam merendahkan orang lain, tidak ada keberkahan dalam memadamkan semangat dengan celaan. Jika ingin mengajak seseorang kepada kebaikan, lakukan dengan ketulusan, bukan dengan kata-kata yang membuat hati semakin menjauh.

Bahkan Rasulullah ﷺ Ditegur Saat Bersikap Keras

Allah SWT sendiri mengingatkan Rasulullah ﷺ dalam firman-Nya :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

"Maka, dengan rahmat dari Allah, engkau (Muhammad) bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri darimu..." (QS. Ali Imran: 159)

Jika Rasulullah ﷺ saja diingatkan untuk tidak berbicara dengan keras, bagaimana mungkin kita mengira bahwa celaan dan kecaman adalah cara yang efektif dalam menyampaikan nasihat? Kesabaran dan kelembutan adalah kunci dakwah yang berhasil.

Dasar Berbicara Baik dalam Islam

Islam memberikan banyak pedoman tentang bagaimana berbicara dengan baik dan beradab :

Berbicara dengan lemah lembut dan sopan

Rasulullah ﷺ bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

Menghindari perdebatan yang tidak bermanfaat

وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

"Dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik." (QS. An-Nahl: 125)

Berbicara dengan jujur dan tidak berbohong

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar." (QS. Al-Ahzab: 70)

Tidak bergunjing dan mencela

Rasulullah ﷺ bersabda:

ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ

"Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka." (HR. Muslim)

Berbicara dengan hikmah dan kebaikan

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

"Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia." (QS. Al-Baqarah: 83)

Solusi : Menjaga Hikmah dalam Puji-Pujian

Puji-pujian bukan sekadar tradisi yang harus dilakukan tanpa refleksi. Jika ingin menjadikannya sebagai sarana dakwah, maka penyusunannya harus dilakukan dengan penuh hikmah dan kelembutan.

Gunakan bahasa yang membangun, bukan menghakimi

Alih-alih mencela generasi muda, puji-pujian bisa berbunyi:
"Wahai muda-mudi yang penuh asa,
Ilmu dan amal jadikan cahaya.
Jangan biarkan waktu sia-sia,
Bekal akhirat raih dengan setia."

Menjadikan puji-pujian sebagai dzikir dan doa

Seperti firman Allah:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

"Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya." (QS. Ghafir: 60)

Kesimpulan

Puji-pujian antara adzan dan iqomah memiliki dasar kebolehan dalam Islam, terutama jika diisi dengan doa dan dzikir. Namun, jika puji-pujian justru berisi celaan, kehilangan makna spiritual, atau lebih mengedepankan kritik sosial daripada ajakan kepada ibadah, maka perlu dikritisi agar sesuai dengan ajaran Islam.

Islam mengajarkan berbicara dengan hikmah, karena kata-kata yang lembut akan lebih menyentuh hati dan membawa manusia kepada kebaikan. Jika puji-pujian kita masih bernada menghakimi, mungkin saatnya bertanya: apakah kata-kata itu benar-benar membawa keberkahan, atau justru menjauhkan manusia dari nilai ibadah?

Wallahu a’lam bishawab. Semoga kita mampu menjaga kemuliaan lisan dalam mengajak kepada kebaikan, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.